MEMIKIRKAN BATIK MENJADI SEBUAH BRAND INDONESIA
http://www.whizisme.com/2012/10/memikirkan-batik-menjadi-sebuah-brand.html
Kalau saya ditanya, Apakah kamu cinta Indonesia?
Saya akan jawab ya tentu karena itu tempat kelahiran saya.
Terus sudahkah kamu memakai batik sebagai simbol cinta Indonesia?...
Saya jawab ya sudah, walaupun sebulan sekali saya memakai batik, itupun kalau ada acara tertentu.
Sebenarnya slogan "Cinta Batik, Cinta Indonesia" adalah cara seorang pemasar dalam hal ini adalah Kementrian Pariwisata dan Industri Kreatif, untuk mengenalkan batik di kancah Internasional. Keberadaanya pun disambut respon yang sangat positif di berbagai kalangan.
Lihat saja batik sekarang telah menjadi keharusan di setiap kantor di hari Jum'at. Anak-anak muda pergi ke Mall memakai jaket, hoodie dari batik (walaupun agak memaksakan sih..). Kalau sudah begini apakah batik sudah nge-brand di Indonesia?....
Jawabanya sangat mudah, ya jelas.. karena batik telah menjadi warisan nenek moyang kita. Secara otomatis tanpa iklan pun batik menjadi nancep di otak kita. Belajar dari hukum publisitas, kelahiran sebuah merek dicapai melalui pemberitahuan yang kontinyu, bukan pengiklanan. Secara tidak sengaja kita telah terpublikasi oleh orang tua kita yang selalu memakai batik.
Soal batik yang telah menjadi warisan budaya kita dan telah disahkan UNESCO tanggal 9 Januari 2009, semestinya batik tidak hanya sebuah slogan warisan budaya tanpa adanya daya ungkit ekonomi. Saya prihatin dengan keadaan para perajin batik yang banyak kelimpungan dengan adanya Batik dari China.
Semestinya Kementrian Pariwisata sebagai tempat menginisiasi batik sebagai warisan budaya, bekerjasama Kementrian Perindustrian membendung serangan batik China dengan menaikkan bea pajak masuk. Sehingga para perajin bisa sedikit bernafas lega.
Brand batik telah berhasil merubah persepsi konsumen akan sebuah produk. Bangsa kita telah berhasil membangun emosional warganya dengan pendekatan budaya.
Sebagai bagian dari Netizen. Saya turut bangga dengan kerjasama DepKominfo dan Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dalam menghadirkan portal Batikday.com. Rupanya Pemerintah memang berusaha se-kreatif mungkin untuk menjadikan batik sebagai brand Indonesia.
Tak kalah menariknya ketika para penggiat Sosial-Media membuat tagar #BatikDay di Twitter. Upaya ini telah menjadikan batik menjadi tranding topic. Tagar ini merupakan gerakan sosial untuk memperingati Hari Batik Nasional yang jatuh pada tanggal 2 Oktober kemarin.
Semoga saja warisan budaya yang telah menjadi brand Indonesia ini menjadi lestari. Oh ya...selain batik, UNESCO juga mengakui wayang (2003), keris (2005), dan angklung (2010) sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Non Bendawi khas Indonesia.
Luar biasa khan?...
Sejak dahulu kala memang manusia Indonesia selalu kreatif.
Kalau sudah begini saya bangga terhadap Indonesia. Walaupun saya jarang pakai batik. :D
Saya akan jawab ya tentu karena itu tempat kelahiran saya.
Terus sudahkah kamu memakai batik sebagai simbol cinta Indonesia?...
Saya jawab ya sudah, walaupun sebulan sekali saya memakai batik, itupun kalau ada acara tertentu.
Batik Indonesia by Premium Shutterstock
Lihat saja batik sekarang telah menjadi keharusan di setiap kantor di hari Jum'at. Anak-anak muda pergi ke Mall memakai jaket, hoodie dari batik (walaupun agak memaksakan sih..). Kalau sudah begini apakah batik sudah nge-brand di Indonesia?....
Jawabanya sangat mudah, ya jelas.. karena batik telah menjadi warisan nenek moyang kita. Secara otomatis tanpa iklan pun batik menjadi nancep di otak kita. Belajar dari hukum publisitas, kelahiran sebuah merek dicapai melalui pemberitahuan yang kontinyu, bukan pengiklanan. Secara tidak sengaja kita telah terpublikasi oleh orang tua kita yang selalu memakai batik.
Soal batik yang telah menjadi warisan budaya kita dan telah disahkan UNESCO tanggal 9 Januari 2009, semestinya batik tidak hanya sebuah slogan warisan budaya tanpa adanya daya ungkit ekonomi. Saya prihatin dengan keadaan para perajin batik yang banyak kelimpungan dengan adanya Batik dari China.
Semestinya Kementrian Pariwisata sebagai tempat menginisiasi batik sebagai warisan budaya, bekerjasama Kementrian Perindustrian membendung serangan batik China dengan menaikkan bea pajak masuk. Sehingga para perajin bisa sedikit bernafas lega.
Brand batik telah berhasil merubah persepsi konsumen akan sebuah produk. Bangsa kita telah berhasil membangun emosional warganya dengan pendekatan budaya.
Sebagai bagian dari Netizen. Saya turut bangga dengan kerjasama DepKominfo dan Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dalam menghadirkan portal Batikday.com. Rupanya Pemerintah memang berusaha se-kreatif mungkin untuk menjadikan batik sebagai brand Indonesia.
Tak kalah menariknya ketika para penggiat Sosial-Media membuat tagar #BatikDay di Twitter. Upaya ini telah menjadikan batik menjadi tranding topic. Tagar ini merupakan gerakan sosial untuk memperingati Hari Batik Nasional yang jatuh pada tanggal 2 Oktober kemarin.
Semoga saja warisan budaya yang telah menjadi brand Indonesia ini menjadi lestari. Oh ya...selain batik, UNESCO juga mengakui wayang (2003), keris (2005), dan angklung (2010) sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Non Bendawi khas Indonesia.
Luar biasa khan?...
Sejak dahulu kala memang manusia Indonesia selalu kreatif.
Kalau sudah begini saya bangga terhadap Indonesia. Walaupun saya jarang pakai batik. :D